PELATIHAN IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013
SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN
MATERI PELATIHAN:
ANALISIS PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2016
ANALISIS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
A.
Konsep
1.
Pembelajaran adalah
proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dan pendidik, dan antara peserta dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar yang berlangsung
secara edukatif, agar peserta didik dapat membangun sikap, pengetahuan dan
keterampilannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran
merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian.
2.
Model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang
menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung
(Joice&Wells). Sedangkan menurut “Arends dalam Trianto”, mengatakan “model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas”.
B.
Deskripsi
1. Prinsi-prinsip pembelajaran meliputi: (1) peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu, (2) peserta didik belajar
dari berbagai sumber belajar, (3) proses pembelajaraan menggunakan pendekatan
ilmiah, (4) pembelajaran berbasis kompetensi, (5) pembelajaran terpadu, (6)
pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran
multi dimensi, (7) pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif, (8) peningkatan
keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills, (9)
pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sebagai pembelajar sepanjang hayat, (10) pembelajaran yang menerapkan
nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung
tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani), (11) pembelajaran
yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, (12) pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran, (13) pengakuan atas perbedaan
individual dan latar belakang budaya peserta didik, dan (14) suasana belajar
menyenangkan dan menantang.
2.
Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
3.
Tujuan penggunaan
model pembelajaran sebagai strategi bagaimana pembelajaran yang dilaksanakan
dapat membantu peserta didik mengembangkan dirinya baik berupa informasi,
gagasan, keterampilan nilai dan cara-cara berpikir dalam meningkatkan kapasitas
berpikir secara jernih, bijaksana dan membangun keterampilan sosial serta
komitmen (Joice & Wells).
4.
Model
pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:
a. Rasional
teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Model
pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta
atau pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan
sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan
mengembangankannya.
b. Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang
akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang
akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik
serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.
c.
Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai
tingkah laku mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita
mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya.
d. Lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Model
pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga
suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini
menjadi tujuan pembelajaran. (Trianto,
2010).
5.
Memilih atau menentukan model pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh karakteristik Kompetensi Dasar (KD),
tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran, sifat dari materi yang akan
diajarkan, dan tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu, setiap model
pembelajaran mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan peserta didik dengan bimbingan guru.
6.
Pelaksanaan
pembelajaran dengan proses berpikir ilmiah (saintifik) sebagaimana yang diterapkan pada kurikulum
2013, sebaiknya dipadukan secara sinkron dengan langkah/tahapan kerja (syntax) model pembelajaran.
Kurikulum 2013 menggunakan 3
(tiga) model pembelajaran utama (Permendikbud No. 103
Tahun 2014) yang diharapkan dapat membentuk perilaku
saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan. Ketiga model
tersebut adalah: model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), model Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning), dan model Pembelajaran Melalui
Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry
Learning). Di samping model pembelajaran di atas dapat juga
dikembangkan model pembelajaran Production
Based Education/Production Based Trainning (PBE/PBT) sesuai dengan karakteristik
pendidikan menengah kejuruan
Tidak semua model pembelajaran
tepat digunakan untuk semua KD/materi pembelajaran. Model pembelajaran tertentu
hanya tepat digunakan untuk materi pembelajaran tertentu. Sebaliknya materi
pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal jika menggunakan model
pembelajaran tertentu. Oleh
karenanya guru harus menganalisis rumusan pernyataan setiap KD, apakah
cenderung pada pembelajaran penyingkapan (Discovery/Inquiry
Learning) atau pada pembelajaran hasil karya (Problem Based Learning dan Project Based Learning).
Rambu-rambu penentuan model
penyingkapan/penemuan:
1. Pernyataan KD di KI-3
dan KD di KI-4 mengarah kepencarian atau penemuan;
2. Pernyataan
KD di KI-3 lebih menitikberatkan pada pemahaman pengetahuan faktual, konseptual,
procedural, dan dimungkinkan sampai metakognitif;
3. Pernyataan
KD di KI-4 pada taksonomi mengolah dan menalar
Rambu-rambu penemuan model hasil karya (Problem Based Learning dan
Project Based Learning):
1.
Pernyataan KD dari KI-3 dan KD di KI-4 mengarah pada hasil karya berbentuk
jasa atau produk;
2. Pernyataan KD di KI-3
pada bentuk pengetahuan metakognitif;
3. Pernyataan
KD di KI-4 pada taksonomi menyaji dan mencipta, dan
4.
Pernyataan KD di KI-3 dan KD di KI-4 yang memerlukan persyaratan penguasaan
pengetahuan konseptual dan prosedural.
Masing-masing model pembelajaran
tersebut memiliki urutan langkah kerja (syntax)
tersendiri, yang dapat diuraikan sebagai berikut.
1.
Model Pembelajaran
Penyingkapan (penemuan dan pencarian)
Model pembelajaran penyingkapan (Discovery
Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery
terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan mengambil kesimpulan. Proses tersebut disebut cognitive
process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process
of assimilating concepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam
Malik, 2001:219).
a.
Sintak model Discovery Learning
1)
Pemberian rangsangan (Stimulation);
2)
Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem
Statement);
3)
Pengumpulan data (Data Collection);
4)
Pembuktian (Data processing dan Verification), dan
5)
Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).
b.
Sintak model Inquiry Learning Terbimbing
Model pembelajaran
yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian melalui
penyelidikan dan penjelasan dalam setting
waktu yang singkat (Joice &Wells, 2003).
Model pembelajaran
Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis, kritis
dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya.
Sintak/tahap model
inkuiri meliputi:
1)
Orientasi masalah;
2)
Pengumpulan data dan verifikasi;
3)
Pengumpulan data melalui eksperimen;
4)
Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
5)
Analisis proses inkuiri.
2.
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Merupakan
pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik
secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi
permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000). Problem Based Learning untuk pemecahan masalah
yang komplek, problem-problem nyata dengan menggunakan pendekataan studi kasus.
Peserta didik melakukan penelitian dan menetapan solusi untuk pemecahan
masalah. (Bernie Trilling & Charles Fadel, 2009: 111).
Tujuan PBL adalah
untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan
baru/nyata, pengintegrasian konsep High
Order Thinking Skills (HOT’s),
keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman
and Schmidt).
a.
Sintak model Problem Based Learning dari Bransford
and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:
1)
Mengidentifikasi masalah;
2)
Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi
informasi-informasi yang relevan;
3)
Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif,
tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang;
4)
Melakukan tindakan strategis, dan
5)
Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang
dilakukan.
b.
Sintak model Problem Solving Learning Jenis Trouble
Shooting (David H. Jonassen, 2011:93) terdiri atas:
1)
Merumuskan uraian masalah;
2)
Mengembangkan kemungkinan penyebab;
3)
Mengetes penyebab atau proses diagnosis, dan
4)
Mengevaluasi.
3.
Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).
Model pembelajaran PJBL merupakan pembelajaran dengan
menggunakan proyek nyata dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi,
pertanyaan menantang, tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan
kompetensi yang dilakukan secara kerja sama dalam upaya memecahkan masalah (Barel, 2000 and Baron 2011).
Tujuan Project
Based Learning adalah
meningkatkan motivasi belajar, team work,
keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level tinggi/ taksonomi
tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole & Wasburn Moses,
2010).
Penerapan
model Project Based Learning dapat
dilakukan pada satu pasang KD dan atau beberapa KD dari unit kompetensi di
tingkat atau jenjang yang tinggi.
Sintak/tahapan model pembelajaran Project Based Learning, meliputi:
a.
Penentuan pertanyaan mendasar (Start
with the Essential Question);
b.
Mendesain perencanaan proyek;
c.
Menyusun jadwal (Create a Schedule);
d.
Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor
the Students and the Progress of the Project);
e.
Menguji hasil (Assess the Outcome),
dan
f.
Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).
4.
Di samping tiga model
pembelajaran di atas, di SMK dapat digunakan
model Production Based Training/Production Based Education (PBT/PBE) untuk mendukung pengembangan Teaching Factory pada mata pelajaran pengembangan produk kreatif. Model
Pembelajaran Production Based Training
merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses produksi,
dimana peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual
mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan,
pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah
pelayanan pasca produksi. Tujuan penggunaan model pembelajaran PBT adalah untuk
menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang berkaitan dengan
kompetensi teknis serta kemampuan kerjasama sesuai tuntutan organisasi
kerja.
Sintaks/tahapan model pembelajaran Production Based Trainning meliputi:
a. Merencanakan produk;
b. Melaksanakan proses produksi;
c. Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu), dan
d. Mengembangkan rencana pemasaran.
(G. Y. Jenkins,
Hospitality 2005).
Proses pembelajaran yang mengacu pada proses berpikir ilmiah (saintifik), sebagai
berikut.
1.
Mengamati, merupakan kemampuan awal peserta dalam mengumpulkan
informasi dengan tujuan untuk dapat
mengidentifikasi masalah, yang kegiatan belajarnya dapat dilakukan dengan
menanya, mengamati, dan atau menalar terhadap objek yang dipelajarinya. Mengamati dapat dilakukan melalui indera
penglihat (membaca, menyimak), pembau, pendengar, pengecap dan peraba dengan
ataupun tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara lain melalui observasi
lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta,
membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa dan internet maupun
sumber lain.
2.
Menanya, bertujuan membentuk kemampuan siswa untuk dapat merumuskan masalah dan atau merumuskan hipotesis, yang kegiatan belajarnya dapat dilakukan dari
mengamati (membaca buku, shop manual), menanya dalam kegiatan diskusi, atau
menanya pada diri sendiri maupun langsung pada orang lain (guru, nara sumber,
siswa lainnya) dengan bimbingan guru yang mendorong motivasi siswa untuk tetap
aktif dan gembira hingga siswa dapat mandiri dan menjadi kebiasaan. Dalam kegiatan menanya, siswa membuat pertanyaan secara
individu atau kelompok tentang apa yang belum diketahuinya baik yang berkenaan
dengan suatu objek, peristiwa, atau suatu proses tertentu.
3.
Mengumpulkan data, bertujuan membentuk kemampuan siswa untuk dapat menguji rumusan masalah dan atau hipotesis, yang kegiatan belajarnya dapat dilakukan melalui
proses menanya (wawancara, menyebarkan kuesioner), mengamati data skunder, melakukan
uji coba (eksperimen), observasi lapangan dan lain-lain dalam kaitan
mengumpulkan informasi sesuai dengan tuntutan rumusan masalah.
4. Mengasosiasi, bertujuan membentuk kemampuan siswa untuk dapat menyimpulkan hasil kajian rumusan masalah dan atau hipotesis, yang kegiatan belajarnya mengolah data dalam bentuk serangkaian aktivitas fisik dan
pikiran dengan bantuan peralatan tertentu. Bentuk kegiatan mengolah data antara
lain melakukan klasifikasi, pengurutan (sorting),
menghitung, membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif,
serta menentukan sumber data sehingga lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam
mengolah data misalnya membuat tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung,
dan pemodelan. Selanjutnya siswa menganalisis data untuk membandingkan ataupun
menentukan hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada
sehingga dapat ditarik simpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep
penting yang bermakna dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman, dan
wawasan pengetahuannya.
5.
Mengomunikasikan, bertujuan membentuk kemampuan siswa untuk dapat memformulasikan dan mempertanggungjawabkan
pembuktian rumusan
masalah dan atau hipotesis, yang kegiatan belajarnya mendeskripsikan dan menyampaikan
hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah
data, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara lisan
maupun tulisan dalam bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan bantuan perangkat teknologi sederhana
dan atau teknologi informasi dan komunikasi.
C.
Contoh
Langkah sinkronisasi proses berpikir ilmiah
(saintifik) dengan model pembelajaran yang dipilih atas dasar hasil analisis,
dapat menggunakan matrik perancah sebagai pertolongan sebelum dituliskan menjadi kegiatan
inti pada RPP. Pemaduan atau pensinkronan antara langkah-langkah proses
berpikir ilmiah (saintifik) dan sintaks (tahapan/langkah kerja) model pembelajaran
dilakukan sebagai berikut.
1. Pilih pasangan KD dari mata pelajaran yang
diampu sesuai hasil analisis keterkaitan KI-KD dengan silabus
dan buku teks siswa terkait.
2.
Rumuskan IPK dari KD
di KI-3 dan KD di KI-4 sesuai dengan dimensi proses atau
level pengetahuan dan dimensi kategori pengetahuan serta keterampilan yang terkandung di masing-masing KD. Setiap KD
minimal memiliki 2 (dua) indikator.
3.
Petakan pemilihan
model pembelajaran sesuai KD dengan mempertimbangkan rambu-rambu pemilihan
model pembelajaran.
4.
Pilih model
pembelajaran sesuai KD dengan mempertimbangkan rambu-rambu pemilihan model
pembelajaran.
5.
Tentukan kegiatan
peserta didik dan kegiatan guru sesuai dengan langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran
yang dipilih, kemudian sinkronkan dengan proses berpikir
ilmiah (saintifik) sampai
mencapai IPK.
Tabel 1
PENENTUAN MODEL
PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran:
Simulasi Digital
Kelas: XI
No.
|
Kompetensi
|
Model Pembelajaran
|
Keterangan
|
1.
|
KD 3.1 Menerapkan pengetahuan pengelolaan informasi
digital melalui pemanfaatan perangkat lunak pengolah informasi.
|
|
|
KD 4.1 Menyajikan hasil penerapan pengelolaan
informasi digital melalui pemanfaatan perangkat lunak pengolah informasi.
|
|||
2.
|
KD.3.2 Menerapkan
pengetahuan pengelolaan
informasi digital melalui pemanfaatan komunikasi daring (online).
|
Model Pembelajaran
Discovery Learning
|
a.
KD-3.2 menitikberatkan pada pemahaman pengetahuan konseptual dan prosedural.
b.
KD 4.2 Pernyataan KD-4 pada taksonomi keterampilan
kongkret pada gradasi membiasakan gerakan atau manipulasi.
|
KD.4.2 Melakukan
pengelolaan informasi digital melalui komunikasi daring (online).
|
|||
|
Dst
|
|
|
Tabel 2.
Matriks Perancah Pemaduan Sintak Model
Pembelajaran Discovery Learning dan Proses
Berpikir Ilmiah (Saintifik) pada Mapel Simulasi Digital
KI 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian
dalam bidang kerja yang spesifik untukmemecahkan masalah.
KI 4. Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas
spesifik di bawah pengawasan langsung.
Kompetensi
Dasar
|
IPK
|
|
Sintaksis model Discovery Learning
|
Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik)
|
||||
Tujuan
|
Mengamati
|
Menanya
|
Mengumpulkan Informasi
|
Menalar
|
Mengomuni-kasikan
|
|||
3.2. Menerapkan pengetahuan pengelolaan
informasi digital melalui pemanfaatan komunikasi daring (online).
|
· Menerangkan
komunikasi daring asinkron.
· Menerangkan
komunikasi daring sinkron.
· Menentukan
prosedur komunikasi daring asinkron dan komunikasi daring sinkron
|
· Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta
didik akan dapat :
a. Menyebutkan bentuk komunikasi daring asinkron
b. Menjelaskan prinsip komunikasi daring asinkron
c. menjelaskan 2 jenis pengelolaan informasi digital
melalui komunikasi daring online dengan santun
·
Setelah
berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat:
a. menjelaskan proses terjadinya komunikasi daring sinkron
b. menentukan kebutuhan pokok fasilitas yang diperlukan
untuk pengelolaan informasi digital daring online secara mandiri.
Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta
didik akan dapat menjelaskan cara melakukan komunikasi daring online dengan
percaya diri.
|
1.
Pemberian stimulus terhadap siswa.
|
· Guru
meminta siswa untuk melihat berbagai jenis komunikasi dalam jaringan
(daring/online) melalui bahan tayangan.
· Guru
menugaskan siswa membaca buku untuk meng identifikasi berbagai jenis
komunikasi dalam jaringan (daring)
· Siswa
melihat bahan tayang yang disajikan oleh Guru.
· Siswa
membaca buku berkaitan dengan berbagai jenis komukasi jaringan(daring)
|
|
|
|
|
· Menerangkan
kewargaan digital.
|
·
|
2.
Identifikasi masalah
|
· Siswa
berdiskusi tentang berbagai jenis komunikasi dalam jaringan (daring).
· Siswa
mengidentifikasi ciri-ciri
komunikasi jaringan (daring) asinkron dan sinkron dari hasil diskusi dan
buku.
· Siswa
menentukan komunikasi jaringan (daring) asinkron dan sinkron.
|
· Guru
menugaskan siswa untuk mengidentifikasi masalah utama apa dalam membuat
komunikasi daring sinkron dan asinkron serta syarat-syarat seseorang
dikatakan warga digital.
· Siswa
mengidentifikasi masalah – masalah melalui contoh yang didemonstrasika n oleh
guru mengenai e-mail, (komunikasi asinkron) dan chatting (komunikasi
sinkron).
· Siswa
membaca buku untuk mendapatkan informasi tentang syarat- syarat dikatakan
temasuk warga digital seseorang
· Siswa
mendiskusikan syarat-syarat seseorang dikatakan termasuk warga digital.
· Berdasarkan
hasil membaca buku dan diskusi siswa merumuskan
hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam menjadi warga digital meliputi kebaikan, keurukan, dan undang-undang ITE.
|
|
|
|
|
4.2 Melakukan
pengelolaan informasi digital melalui komunikasi daring (online).
|
· Mengikuti
komunikasi daring asinkron dan sinkron berdasarkan contoh.
· Mendemonstrasikan
komunikasi daring asinkron dan sinkron berdasarkan tugas.
|
· Disediakan peralatan komunikasi dan jaringan internet,
peserta didik akan dapat melakukan komunikasi daring asinkron dan sinkron
berdasarkan contoh dengan percaya diri
· Disediakan peralatan komunikasi dan jaringan internet,
peserta didik akan dapat mendemonstrasikan komunikasi daring asinkron dan
sinkron berdasarkan tugas sesuai prosedur dengan percaya diri
|
3.
Pengumpulan data
|
|
|
· Guru
meminta siswa untuk menentukan prosedur komunikasi daring asinkron dan
sisnkron sesuai aturan melalui buku siswa
dan hasil diskusi
· Siswa
menggali informasi prosedur tentang informasi komunikasi daring asingkron dan
sinkron
· Siswa
mendiskusikan untuk menentukan prosedur daring asingkron dan sinkron
· Siswa
menyampaikan pada kelompok lain dan menanggapinya berkaitan prosedur komunikasi daring asinkron dan
sinkron
· Guru
meminta siswa untuk mencoba melakukan komunikas daring asinkron dan sinkron
sesuai dengan aturan–aturan dalam berkomunikasi daring sebagai pembuktian rumusan masalah/hipotesis
· Siswa
mencoba membuat akun pada Gmail dan Yahoo sesuai dengan aturan seperti contoh
sebagai pembuktian rumusan
masalah/hipotesis
· Siswa
mencoba mengirimkan e-mail kepada guru atau temannya menggunakan akun e-mail
(G-mail dan Yahoo) sesuai dengan aturan seperti contoh Guru sebagai pembuktian rumusan
masalah/hipotesis
· Siswa
mencoba melakukan chatting sesuai dengan aturan sesuai contoh guru sebagai pembuktian rumusan
masalah/hipotesis
|
|
|
|
4.
Pembuktian
|
|
|
|
· Guru
menugaskan siswa untuk menilai hasil komunikasi dengan daring asinkron
(e-mail) dan sinkron (chatting) kepada siswa dikomputer menggunakan format
penilaian.
· Siswa
menilai hasil komunikasi daring asinkron(e-mail) menggunakan format penilaian
etika berkomunikasi daring.
· Siswa
menilai hasil komunikasi daring sinkron(chatting) menggunakan format
penilaian etika berkomunikasi daring.
· Guru
menugaskan kepada siswa untuk mengirim e-mail dan chatting kepada guru
berdasarkan perintah.
· Siswa
mengirim tugas via e-mail.
· Siswa
berkomunikasi tentang pelajaran via chatting.
|
|
||
5.
|
6.
Menarik kesimpulan/
generalisasi
|
|
|
|
|
· Guru
menugaskan siswa untuk menyajikan cara-cara serta kesimpulan berkomunikasi
daring asinkron dan sinkron.
· Siswa
membuat bahan presentasi tentang berkomunikasi daring asinkron dan sinkron
dalam bentuk PPT.
· Siswa
menyajikan tentang berkomunikasi daring asinkron dan sinkron.
· Siswa
lain memberikan tanggapan terhadap presentasi.
· Siswa
menerima tanggapan dari siswa lain dan guru.
· Siswa
memperbaiki hasil presentasi dan membuat simpulan.
|
Catatan:
Hasil pemaduan model pembelajaran dan proses berpikir ilmiah
(saintifik) digunakan dalam penyusunan RPP khususnya pada perumusan kegiatan
inti pembelajaran.
D.
Latihan/Tugas
Buat pemaduan proses berpikir ilmiah (saintifik)
dengan model belajar yang Saudara pilih berdasarkan analisis menggunakan format
matrik seperti tabel di atas untuk mata pelajaran yang Saudara ampu.
EmoticonEmoticon